Tanpa kita sadari selama ini seorang ''ibu'' selalu banyak membuat kebohongan kepada anak nya.
Tapi kebohongan dalam hal apa ? Apakah ibu kita akan mendapatkan dosa akibat kebohongan-kebohongan yang beliau ucapkan ?
Inilah kebohongan yang sering dilakukan ibu di depan anak nya :
Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Setelah sang anak masuk SMP, demi membiayai sekolah sang anak, si ibu pergi ke koperasi dengan membawa sejumlah korek api untuk di tempel. Dari sanalah, ibu mendapatkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim hujan tiba, sang anak bangun dari tempat tidurnya, melihat sang ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Sang anak berkata padanya,
”Bu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.”
sang Ibu tersenyum dan berkata,
sang Ibu tersenyum dan berkata,
”Cepatlah tidur nak, aku tidak lelah”. KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja
supaya dapat menemani sang anak pergi ujian. Ketika hari sudah siang,
terik matahari mulai menyinari, sang ibu yang tegar dan gigih menunggu
sang anak di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi
lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera
menyambut anaknya dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol
yang dingin untuk sang anak. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu
yang dibanjiri peluh, sang anak segera memberikan gelasnya untuk ibunya
sambil menyuruhnya minum. Namun sang Ibu berkata,
“Minumlah nak, aku tidak haus!”. KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
“Minumlah nak, aku tidak haus!”. KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu
yang malang harus merangkap peran sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang
pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup
seorang diri. Kehidupan keluarga mereka pun semakin payah dan susah.
Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, ada seorang tetangga yang baik hati berkenang membantu sang ibu
baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang melihat kehidupan
mereka yang begitu sengsara, seringkali menasehati sang ibu untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka, berkata,
“Terima kasih, saya tidak butuh cinta”. KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah sang anak serta saudara2 sudah
tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua, sudah waktunya
pensiun. Tetapi ibu satu ini tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar
setiap pagi untuk berjualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Anak2nya yang lain yang bekerja di luar kota sering
mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan sang ibu,
tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim
kembali uang tersebut. Dan berkata,
“aku punya uang”. KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
“aku punya uang”. KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah lulus dari S1, sang anak pun
melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah
universitas ternama di Amerika Serikat berkat beasiswa di sebuah
perusahaan. Akhirnya akusang anak pun bekerja di perusahaan itu. Dengan
gaji yang lumayan tinggi, ia bermaksud membawa ibunya untuk menikmati
hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, tidak mau merepotkan
anaknya, ia berkata kepada sang anak,
“Aku tidak terbiasa”. KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM.
Setelah memasuki usianya yang tua, sang
ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, sang
anak yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera
pulang untuk menjenguk ibundanya tercinta. ia melihat ibunya yang
terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibunya yang
keliatan sangat tua, menatap sang anak dengan penuh kerinduan. Walaupun
senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh
sang ibu sehingga sang ibu terlihat lemah dan kurus kering. Sang anak
menatap ibunya sambil berlinang air mata. Hatinya perih, sakit sekali
jika kita melihat ibu kita dalam kondisi seperti itu. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata,
“Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan”, KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Dan setelah mengucapkan kebohongannya yang ketujuh, ibu sang anak tercinta pun menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita tersebut, penahkah kita
merenungkan apa yang telah kita berikan untuk ibu kita? Pernahkah kita
mengucapkan kata “Terima Kasih” kepadanya? Sudah tahukah kita bagaimana
keadaan ibu kita sekarang? Pernahkah kita mencemaskan ibu kita? Apakah
yang di makannya hari ini? Apakah ia punya masalah? Pernahkah kita
berdo’a untuknya?memohon keselamatan dan kesehatan untuknya?
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita.
Tapi, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum?
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.
Tapi, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum?
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar